Welcome

Rabu, 26 Mei 2010

Potensi Biomassa Capai 147 Juta Ton


Kamis, 29 April 2010 | 02:56 WIB

Jakarta, Kompas - Potensi biomassa mencapai 147 juta ton per tahun. Biomassa yang berasal dari jerami dan sisa panen, tanaman liar berkarbohidrat, dan kotoran hewan itu diperkirakan bisa menghasilkan energi 470 gigajoule atau setara dengan 130,5 MWh.

Hal itu disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Haryono Suyono dalam peluncuran Biomassa Energy Center di Jakarta, Selasa (27/4) malam. ”Indonesia tidak saja kaya minyak dan gas, tetapi juga kaya biomassa. Itu bisa menjadi sumber energi alternatif bagi warga di pedesaan,” kata Haryono.

Ia menjelaskan sebagian besar biomassa di Indonesia belum termanfaatkan. ”Padahal, perlu dilakukan pengembangan biomassa sebagai sumber energi tanpa membahayakan sektor pangan kita,” kata Haryono.

Di Indonesia terdapat berbagai penelitian penggunaan biomassa sebagai sumber energi, khususnya untuk tanaman atau tumbuhan bukan pangan. Pusat Penelitian Energi Terbarukan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), misalnya, meneliti pembuatan bioetanol dari tumbuhan bukan pangan.

Kepala Pusat Penelitian Energi Terbarukan UMS Kusmiyati mengatakan, penelitiannya sejak 2007 menyimpulkan bahwa tumbuhan iles-iles (Amorphopallus muelleri) dan suweg (Amorphophallus paeoniifolius) bisa diolah menjadi bioetanol dengan mudah. ”Dua tumbuhan itu bahan bioetanol yang baik karena kandungan karbohidratnya 65 persen. Iles-iles dan suweg juga bukan lagi tumbuhan pangan,” kata Kusmiyati di Jakarta, Selasa.

Bahan bakar alternatif

Menurut Kusmiyati, bioetanol dari iles-iles dan suweg berpotensi menjadi bahan bakar alternatif bagi masyarakat pedesaan. ”Pembuatan bioetanol itu sederhana dan tidak membutuhkan banyak tenaga. Jika akan ditanam, iles-iles dan suweg juga bisa ditanam di bawah tegakan hutan, tidak membutuhkan lahan tersendiri,” kata Kusmiyati.

Pusat Penelitian Energi Terbarukan kini tengah mengembangkan destilator sederhana berkapasitas 400 liter per hari agar bioetanol iles-iles dan suweg bisa diproduksi masyarakat pedesaan. ”Kami juga sudah selesai membuat kompor khusus bioetanol itu,” katanya.

Haryono Suyono menyatakan, penelitian seperti yang dilakukan Kusmiyati tersebar di beberapa lembaga penelitian. Kebanyakan hasil penelitian itu tidak terterapkan sehingga tidak menjawab kebutuhan sumber energi murah di pedesaan.

”Karena itulah sejumlah ahli dan perusahaan swasta dari Indonesia dan Belanda berinisiatif mendirikan Biomassa Energy Center. Ini bukan perusahaan, melainkan lembaga kajian yang akan mengumpulkan berbagai penelitian biomassa agar menjadi teknologi terapan bidang energi dan bisa diproduksi secara mandiri di pedesaan,” kata Haryono.

Pendirian Biomassa Energy Center itu melibatkan Yayasan Damandiri, sejumlah ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, para ahli dari sejumlah perguruan tinggi di Belanda, dan sejumlah perusahaan swasta di Indonesia dan Belanda. (ROW)

(Dari: http://cetak.kompas.com )

Read more..

Membuat sel surya sendiri



Sel surya adalah peralatan untuk mengubah energy dari sinar matahari. Solar sel yang dapat kita beli di took terbuat dari bagan silicon yang diproses secara rumit dan memerlukan tanur yang dapat menghasilkan temperature tinggi dengan ruangan hampa udara, dan memerlukan beaya tinggi. Sel surya yang akan kita buat tidak memerlukan beaya mahal. Dan kita dapat membuatnya dalam waktu kira-kira 1 jam.Sel surya kita ini akan kita buat dari oksida tembaga ( cuprooksida). Oksida tembaga adalah bahan yang kita ketahui dapat memberikan efek fotoelektrik, yang menimbulkan aliran listrik.
Bahan yang diperlukan :
Lembaran tembaga. Kita perlukan kira-kira 30 cm pesegi.
Dua cepitan
Gunting.

Pertama-tama, kita potong lembaran tembaga sehingga pas dengan burner pada kompor gas.Sebelum kita bakar perlu dicuci duku dan dibersihkan. Gunakan ampelas sehingga bersih dari karat tembaga.

Bakar lembaran tadi di atas kompor gas.
Pada saat dibakar kita akan melihat api yang berwarna warni, biru kuning, merah.
Tunggu sampai lembaran tembaga berubah menjadi oksida tembaga. Tandanya pada tembaga timbul warna merah.
Kemudian oksida tembaga itu akan menjadi semakin hitam.
Biarkan tembaga terbakar kira-kira setengah jam. Tunggu sampai lapisan hitam bertambah tebal.
Kemudian matikan kompor dan biarkan tembaga tetap berada di atas kompor biarkan mendingin secara pelahan.
Setelah dingin akan kita lihat tembaga mengkerut dan sebagian lapisan hitam mengelupas.
Setelah lapisan hitam mengelupas akan tampak lapisan yang berwarna merah di bawahnya.
Lalu potonglah tembaga yang tidak dibakar sebesar yang dibakar.
Jepit masing-masing denghan penjepit buaya.
Masukkan dua sendok garam dapur kedalam botol aqua yang telah kita potong dua pertiganya. Masukkan air secukupnya.
Lalu kita masukkan kedua pelat tadi kedalam botol aqua. Letakkan masing-masing di sisi yang berhadapan.
Di tempat teduh sel surya kita dapat menghasilkan arus 6 mikroamper.
Bila bagian yang berlapisan oksida tembaga kena sinar matahari langsung dapat menghasilkan 50 mikroamper dengan tegangan 0.25 volt. Atau menimbulkan daya 12,5 mikrowatt.
(dari : http://worldwatts.com )
Read more..

Menghemat listrik dengan lampu led

Info penting bagi anda yang belum tahu bahwa penggunaan lampu jenis LED (Light Emitting Diode) dapat menghemat tagihan listrik dan juga mengurangi panas ruangan dibandingkan dengan menggunakan lampu biasa (neon, bohlam maupun lainnya).

Sebuah perusahaan di Carolina Utara, Amerika telah membuat gedung mereka menggunakan lampu LED sebagai pengganti lampu biasa.

Hasilnya, mereka dapat menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti penghematan tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang dihasilkan oleh lampu LED, membuat mereka tidak perlu menyetel mesin pendingin ruangan (AC) mereka dalam posisi maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.

Jadi, kalau anda mau menghemat tagihan listrik, gantilah lampu anda dengnan jenis LED, mungkin sedikit mahal tapi untuk jangka waktu lama, keuntungan yang anda dapat jauh lebih banyak tentunya.
Read more..